Jumat, 25 Februari 2011

AQIDAH DAN KEDUDUKANNYA DALAM ISLAM

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh..

Dalam bahasa Arab aqidah berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Syari’at yang berkaitan dengan aqidah ini terbagi dua, yaitu I’tiqadiah dan Amaliah
I’tiqadiah yaitu kepercayaan terhadap rububiyyah Allah. Kewajiban beribadah kepada Allah dan kepercayaan kepada rukun-rukun iman lainnya. I’tiqadiah ini tidak berhubungan dengan tatacara amal.

Sedangkan Amaliah berhubungan dengan tatacara amal. Seperti shalat, puasa, zakat, berbuat baik, menolong yang lemah dll. Dimana amaliah ini merupakan cabang agama.

Kaum salaf menjadikan amal termasuk ke dalam pengertian iman. Cabang-cabang iman sangat banyak. Sebagaimana sabda rasulullah yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu hurairah, “Iman itu 70 cabang atau 60 lebih yang paling utama adalah ucapan Laa ilaha ilallah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan ditengah jalan.’’

Sedangkan rasa malu itu juga termasuk salah satu cabang iman. Sejalan dengan pengamalan cabang-cabang itu, Baik dari segi kualitas maupun kuantitas, Maka iman dapat bertambah maupun berkurang. Benar rusaknya amaliah, tergantung dari benar rusaknya I’tiqadiah. Apakah kita mau melaksanakan semua amalan yang diperintahkan Allah kepada kita jika dalam hati kita tidak ada rasa kepercayaan dan keyakinan akan keesaan dan kekuasaan Allah. Bahwa kita tidak meyakini apa yang diperintahkan Allah itu demi kebaikan, kebaikan hidup kita di dunia dan di akhirat? Oleh karena itu perbaikilah I’tiqadiah.

Dengan kepercayaan dan keyakinan yang besar, terhadap Allah dan rukun iman yang lain-lain terhadap Allah, Tanpa ada kraguan sdikitpun, maka dengan sendirinya amaliah kita akan baik dan benar, karena kita yakin itu benar dan Allah mengawasi kita.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi: 110)

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az zumar: 65)

Dari ayat di atas, amal saleh merupakan faktor penentu, penentu amalan kita diterima Allah. Amalan diterima jika aqidah kita benar. Oleh karena itu hal pertama yang didakwahkan oleh para rasul adalah pelurusan aqidah dalam menyembah Allah semata. Sebagaimana difirmankan Allah dalam Al quran,

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An Nahl : 36).

Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).( QS. Al ‘Araaf: 59)

Demikian penyampaian saya jika ada salah maka itu datang dari pribadi saya, dan jika ada benar maka itu hanya milii Allah subhanahuwata'alla

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Disampaikan oleh : ukhti jr_aw@nimbuzz.com

1 komentar: